Oleh : Bowo’N. Tel, S.Sos
Delapan puluh empat tahun silam, Pemuda Indo-nesia mengangkat harkatnya dalam satu ikrar; bertanah air satu,
berbangsa satu, dan berbahasa satu. Ikrar ini lahir dari kesadaran terkait keterpurukan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bangsa
penjajah yang menjalankan politik “de vide et impera” berhasil memecah belah
nusantara. Belajar dari kepahitan hidup
sebagai bangsa yang tertindas karena berpecah-belah, akhirnya para pemuda
menyadari kalau per-bedaan bukan untuk dipertentangkan, tetapi dinamika yang
harus dibangun untuk menuju persatuan dan kesatuan.
Memahami sejarah Sumpah Pemuda, seharusnya menjadi sumber inspirasi bagi kita untuk
mewujudkan persatuan dan kesatuan yang sesuai dengan cita-cita luhur bangsa
Indonesia. Para pemuda
seharusnya
tanggap dengan neo-imperalisme yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Zaman
kita diiringi oleh kelahiran dekadensi moral dalam dunia sosial budaya, politik,
dan ekonomi. Menghadapi kondisi seperti ini, sangat diharapkan peranan pemuda
yang eksis terhadap Sumpah Pemuda dimaksud.
Sumpah Pemuda
Ketertindasan Bangsa Indonesia selama
ratusan tahun lamanya menderita di bawah kekuasaan kolonialis, mendorong para
Pemuda Indonesia sebagai kaum intelektual muda dan sekaligus sebagai rakyat,
berjuang untuk mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli. Sejarah
telah mencatat bahwa Sumpah Pemuda merupakan salah satu bukti bahwa pada
tanggal 28 Oktober 1928, bangsa Indonesia dilahirkan. Tekad inilah yang menjadi
komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga nantinya berhasil menggapai
kemerdekaan 17 tahun kemudian yakni pada tanggal 17 Agustus 1945.
Naskah Sumpah Pemuda dimaksud yang
ditulis oleh Moehammad Yamin, dan sudah disempurnakan sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) menyatakan : (1) Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku
bertumpah darah yang satu, Tanah Air Indonesia, (2) Kami Putra dan Putri
Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) Kami Putra
dan Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Putusan Kongres Pemuda Kedua ini yakni dicetuskannya Sumpah Pemuda adalah
dimaksudkan untuk menanamkan dan meningkatkan rasa memiliki Tanah Air, Bangsa
dan Bahasa di dalam jiwa anak-anak bangsa.
Refleksi Peristiwa
28 Oktober 1928
Sumpah Pemuda yang telah diikrarkan
oleh pemuda 84 tahun silam, agaknya menjadi bagian dari upaya kita hari ini untuk
menatap masa depan bangsa. Semangat kesatuan tempo dulu menjadi alasan dicetuskannya
sumpah pemuda. Nasionalisme sebagai bekal ideologi golongan muda masa itu
bertekad untuk bersatu.
Untuk memelihara kesinambungannya maka
rasa kebangsaan dan kesatuan yang telah dikumandangkan itu tetap dijaga dengan berpedoman
pada jiwa Sumpah Pemuda. Semangat pemuda pada masa perjuangan dahulu agar dijunjung
tinggi dan dimanifestasikan untuk zaman kita saat ini dengan pertimbangan pada kondisi
Bangsa Indonesia di masa sekarang. Sumpah Pemuda, yakni bertanah air satu, berbangsa
satu, dan berbahasa satu; merupakan tekad persatuan dan kesatuan yang penting
bagi negara kita.
Namun perlu diantisipasi mungkin bisa saja
semangat Pemuda 84 tahun silam dengan
Sumpahnya, agak berbeda dengan pemuda masa kini. Yang menjadi pergumulan, memandang
sepanjang waktu perihal kondisi nusantara, kolonialis memang sudah tidak lagi
menjajah Tanah Air tercinta. Tetapi tidakkah itu kemungkinan bahwa pola
penjajahan kolonialis lain sedikit berbeda dapat melakukan neo-imperialisme? Penjajahan dengan gaya strategi yang berbeda,
mungkin tidak seperti gaya kolonialis pada pra-kemerdekaan. Penjajahan lain
seperti penjajahan terhadap budaya, penjajahan terhadap intelektual, dan
intervensi pecah belah dapat saja menindas lagi bangsa ini.
Di berbagai aspek kehidupan, kita dapat
tergoncang dengan keadaan yang serba berkembang. Seperti halnya kita nyaris
tidak mampu mempertahankan nilai-nilai budaya lokal akibat kolaborasi antar
budaya baru dari luar terhadap budaya sendiri. Budaya kita sebagai warisan
leluhur yang seharusnya kita lestarikan, surut beradaptasi terhadap budaya baru
luar bahkan budaya leluhur kita suatu saat mungkin dapat lenyap ditelan zaman.
Hal itu disebabkan karena terlalu terbuka menerima budaya modernitas tanpa
filterisasi yang matang dan irasional.
Para Pemuda sudah mampu beradaptasi
dengan dinamika zaman yang semakin baru. Namun celakanya justru kebanyakan
lebih bangga dengan Hedonisme sebagai dampak perkembangan zaman, dimana pemuda
hanya asyik dalam kehidupannya yang serba kebaruan. Menkonsumsi Narkoba dan Minuman
Keras menstimuli jiwa pemuda menjadi berperangai garang dan rentan dengan
tindakan kekerasan. Pergaulan bebas menghancuran masa depan anak-anak bangsa,
sehingga kesalehan masa muda tidak dianggap mulia lagi.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kecanggihan
Teknologi yang semakin pesat, justru memiliki efek negatif karena
penyalahgunaan saja. Juga tempat-tempat yang menyerupai tempat suci tapi
terbungkus dengan kemaksiatan yang menyuguhkan penghancuran diri. Inilah
Penjajahan Budaya se-Nusantara serta penjajahan Intelektual terjadi pada era
globalisasi, sehingga Pemuda kita masa kini bukan menjadi rahasia jika kita
menganggap sudah terjebak ke dalam Krisis Multidimensi, Krisis Moral dan Krisis
Budaya.
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan tetap berkenan
dimana dan kapan pun itu dalam nusantara. Justru ada pula yang terjadi bukan
hanya tidak menggunakannya dengan baik dan benar, bahkan di sisi lain terkadang
dikalahkan oleh bahasa lain untuk moment tertentu. Harusnya dalam moment apapun
maka Bahasa Indonesialah yang digunakan, karena kita berada dalam Kebangsaan
Indonesia.
Di zaman kita hari ini muncul berbagai
dampak terjadi dan dialami akibat dari semangat mengisi kemerdekaan oleh mereka
pemuda sekarang relatif masih kecil, bahkan membuat kita gelisah karena terkadang
bersikap destruktif. Hanya karena salah komunikasi (Miscommunication) dan salah
informasi, maka spontan terjadi kesalahpahaman yang berujung pada pertengkaran
dan perkelahian. Keberagaman juga terkadang dapat menjadi dalil pembedaan dan komoditi provokasi
untuk membantu siasat komunitas menyatakan kuasa. Itu terjadi karena Keberagaman
belum dijadikan sebagai kekayaan tersendiri bagi kebangsaan.
Sehingga apa yang kerap terjadi?
Munculnya tindakan Adu jotos/fisik pemuda antar kampung, antar komunitas,
tawuran mahasiswa antar kampus bahkan pelajar antar sekolah. Hal ini jelas sudah
menghancurkan
semangat sumpah pemuda yang kita junjung sebagai semangat kebersamaan dan
kesatuan. Akibatnya hingga sekarang sebagian besar lumayan banyak yang membelakangi
semangat Sumpah Pemuda.
Memang di lain fihak bahwa tidak semuanya
juga pemuda kita sudah seperti itu. Ternyata Masih ada pula pemuda Indonesia zaman
kita yang berprestasi di berbagai bidang dan menjadi kebanggaan bangsa ini. Ada
sebagian juga yang tetap menghargai dan menjunjuung tinggi kesatuan. Kita
berterimakasih kepada mereka yang setia terhadap sumpah pemuda.
Penutup
Pada peristiwa-peristiwa penjajahan
budaya dan intelektual, serta intervensi pecahbelah yang menyengsarakan itu, Juga
segala hal yang dapat menghampakan hak milik, serta dampak dari semangat mengisi
kemerdekaan oleh mereka pemuda sekarang relatif masih kecil, maka Pemuda,
Putra-putri Indonesia berjuang mengembalikan jati diri, sebagaimana Pemuda
dahulu melepaskan bangsanya dari ketertindasan akibat penjajahan oleh bangsa
lain dahulu. Tidak ada lagi perbedaan karena Bangsa kita yang memiliki beragam
perbedaan dalam banyak hal bersatu tujuan sebagaimana semangat sumpah pemuda.
Kesalahpahaman dan kesalahan dalam komunikasi tidak lagilah menjadi faktor
penyebab perseteruan dan perkelahian antar pemuda karena semangat dan jiwa
kesatuan dan kebangsaan telah terpatri dalam jiwaraga pemuda Indonesia. Selamat
Hari Sumpah Pemuda yang Ke – 84, 28 Oktober 1928 ke 28 Oktober 2012. (Penulis
adalah Petualang Sosial Sebelum Sekarang Telah Menjadi PNS, Sekretaris MPC
Pemuda Pancasila Kabupaten Nias Utara)